Langsung ke konten utama

Kunci Pembuka Rezeki yang Sering Terlewatkan


Allah Ta'ala adalah Rabb semesta alam yang begitu baik kepada hamba-Nya. Walaupun manusia berlumur dosa, Ia tidak segan untuk mengampuninya dan memberikan mereka karunia-Nya yang begitu luas. Sadarkah kita sebagai hamba-Nya akan kasih sayang-Nya ini?


Allah Ta'ala memberikan kita rezeki yang begitu banyak dan luas. Namun kita sebagai manusia yang lemah hatinya, sering merasa tak cukup dan merasa sempit rezekinya. Sejatinya, banyak amalan yang telah Allah Ta'ala beritakan sebagai kunci pembuka rezeki.


Birrul Walidain


Sayang sekali, banyak di antara kita yang tidak menyadari amalan satu ini padahal ada di depan mata namun dengan mudahnya dilewatkan. Birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua. Sebuah amalan sunnah yang kerap terlewatkan dan disepelekan.


Tak sedikit dari kita yang menganggap remeh untuk berbakti kepada orang tua. Baik ketika mereka masih membersamai di dunia maupun ketika mereka telah tiada. Padahal sebagai seorang muslim kita meyakini adanya kewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tua.


Bukan hanya karena mereka menjadi sebab adanya kita atas izin Allah Ta'ala saja, atau kasih sayang mereka terhadap kita, hingga perlakuan baik mereka terhadap buah hatinya, namun juga karena Allah Ta'ala yang memerintahkannya.


Bahkan Allah Ta'ala menjadikan kewajiban ini sebagai kewajiban yang harus dilakukan seorang muslim setelah penyebutan kewajiban kepada Rabb-nya sebagaimana tercantum dalam beberapa firman Allah Ta'ala dalam Al qur'an.


Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah ketika ditanya bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua, beliau menjawab, sesungguhnya berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan berbuat baik kepada keduanya dengan harta, kedudukan, dan kemanfaatan yang bersifat fisik dan ini hukumnya wajib.


Sayangnya banyak dari kita yang masih kurang dalam berbakti kepada kedua orang tua. Terlebih ketika orang tua telah tiada. Tak sedikit yang beranggapan bahwa kewajiban untuk berbakti telah tertunaikan. Padahal sesungguhnya ketika mereka telah tiada, seorang anak masih memiliki kewajiban terhadap mereka.


Sebagaimana  sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Kewajiban yang tersisa dari seorang anak sebagai bentuk bakti kepada orang tua yang telah meninggal adalah dengan mendoakan keduanya, memohonkan ampun bagi keduanya, melaksanakan janji keduanya, menghormati teman-teman keduanya, serta menyambung tali persaudaraan (silaturahim) yang tidak ada hubungan rahim denganmu kecuali melalui keduanya." (HR. Abu Dawud) 


Sedangkan durhaka kepada kedua orang tua adalah sebuah perbuatan yang wajib ditinggalkan oleh seorang muslim karena hal ini termasuk dalam hal keji. Di antara bentuk durhaka kepada kedua orang tua adalah berkata kasar, keras, mencaci maki, dan perbuatan yang menyakiti hatinya seperti malu mengakui orang tua yang miskin ketika si anak sudah naik status sosialnya. Wal'iyadzubillah.


Bertambah Rezeki


Dengan berbakti kepada kedua orang tua, akan banyak balasan baik yang kita dapatkan karena telah menjalankan perintah Allah. Sebagai amalan utama yang dilakukan terhadap kedua orang tua, Allah berikan ganjaran yang begitu besar kepada mereka yang berbakti kepada kedua orang tuanya.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Barang siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya dia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung rahimnya." (HR. Ahmad)


Maka jika kita merasa sedang kesulitan dalam mencari rezeki, mari kita lihat bagaimana perilaku kita kepada kedua orang tua. Apakah kita sudah berbakti kepada mereka? Karena umumnya kita lebih sibuk dengan urusan pribadi hingga kita melewatkan untuk berbakti kepada mereka. Padahal kesempatan emas ini selalu ada di depan mata.


Berbakti kepada kedua orang tua dapat dimulai dari hal kecil yang tidak memberatkan seperti berkata dengan sopan dan lemah lembut serta idak meninggikan suara ketika berbincang bersama. Selain itu, selalu mendoakan mereka dalam sujud adalah salah satu bentuk bakti yang tentunya mudah untuk dilakukan.


Ketika amalan utama ini dikerjakan, tidak hanya bertambah rezeki si anak, namun ia juga akan mendapatkan surga karena tidak akan masuk surga seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


Saudaraku, marilah kita perbaiki muamalah kita kepada kedua orang tua kita. Merekalah yang dengan penuh kasih sayang merawat dan mendidik kita. Dari kita yang tidak bisa apa-apa hanya bisa menangis merengek hingga menjadi seseorang yang mandiri dan serba bisa seperti saat ini.


Marilah berbakti kepada kedua orang tua. Mereka telah banyak berbuat baik kepada buah hatinya. Seorang ibu yang mengadungnya, menyusuinya, merawatnya, serta mendidik dan mencurahkan kasih sayang padanya. Begitu pun dengan seorang ayah yang rela bersusah payah mencari nafkah. Tak lupa perannya dalam membimbing agar tehindar dari api neraka.


Teruslah kita berbakti hingga kematian menghampiri karena rida Allah Ta'ala bergantung kepada rida kedua orang tua kita. Semoga Allah Ta'ala mudahkan. Aamiin.


Barakallahu fiik :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penting Untuk Dibaca Buat yang Suka Overthinking

Kadang-kadang yang namanya manusia suka overthinking ya. Berlebihan mikir gitu lho. Gimana kalau gini terus gimana kalau gitu. Bisa jadi kalau yang single dan ingin menikah, kepikiran nanti bakalan nikah sama siapa. Terus bisa nggak ya pasangannya menerima kelebihan dan kekurangannya. Nanti kalau nggak bisa bakal gimana ya rumah tangganya? Kalau yang anak sekolahan atau kuliahan bisa jadi overthinkingnya tentang gimana kalo sekolahnya atau kuliahnya susah, nanti bakal lulusnya gimana, kerja dimana, terus bisa memenuhi keinginan orang tuanya atau nggak, dan sebagainya. Sebagai orang tua pun kadang overthinking. Misalnya aku sebagai seorang ibu kadang-kadang kepikiran gimana ya nanti kalau anakku sudah besar, apakah dia bisa menjaga dirinya sendiri di zaman seperti ini zaman yang penuh fitnah? Aku rasa aku nggak sendirian menjadi orang tua yang overthinking. Banyak ibu-ibu juga bapak-bapak yang berpikir yang sama denganku. Memiliki kekhawatiran tersendiri untuk buah hati mereka. Ya yang

Aku Ingin Menyerah, Tapi...

  Tiba-tiba air mata menetes membasahi pipi. Dada terasa nyeri dan sesak. Sudah berminggu-minggu, aku berada dalam kondisi yang tak menentu. Jantungku berdebar ketakutan tiap kali suara nafas yang semakin berat itu terdengar olehku. Memori buruk menyeruak menjadikanku berpikir berlebihan. Sore itu aku harus pergi meninggalkan zona nyamanku. Dengan persiapan yang seadanya, aku pergi dan berharap semua akan segera baik-baik saja sehingga aku segera kembali. Kukira kepergianku hanya sebentar. Namun, nyatanya Allah Subhanahu wa ta'ala  berkehendak lain. Aku mengeluh dan merasa berat. Aku mengadu pada Dia Yang Maha Kuasa. Mengapa aku harus ada di posisi seperti ini? Aku lelah Ya Allah. Aku merasa berat dan tidak ingin berada di posisi seperti ini. Aku merasa ingin menyerah. Berbagai skema "andai saja" muncul di kepalaku. Berangan-angan andai tidak begini dan begitu pasti aku tidak akan ada di masa sulit ini. Tapi ternyata semua itu percuma. Hai diriku! Percuma kamu berandai-an

Mencetak Generasi Terbaik Bersama Semen Baturaja

Yang namanya manusia tidak lepas dari keinginan. Bener nggak sih ? Namun ada yang sekedar ingin tetapi tidak memperjuangkan keinginannya. Di sisi lain ada yang berjuang untuk merealisasikan keinginan itu. Ya kalau kita bisa bilang keinginan yang diperjuangkan itu ada yang berwujud sebagai  impian maupun cita-cita. Hal Besar Dalam Hidup Teman-teman tentunya pernah melewati hal besar dalam hidup bukan? Tak jarang hal itu membuat kita menjadi berbenah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bahkan impian-impian besar dapat terlahir dari kondisi yang menurut kebanyakan orang tidak ideal. Di tahun 2019 aku menikah dengan seorang lelaki yang sudah kukenal sejak lama karena kami satu SMA. Kebahagiaan terus menyelimuti hingga tahun berikutnya. Alhamdulillah bayi laki-laki mungil lahir dari rahimku setelah begitu banyak perjuangan dilakukan.  Sayangnya kami hanya bersama kurang dari 48 jam. Di usianya yang belum genap 2 hari, kami harus terpisah. Pagi itu tiba-tiba suamiku berteriak memanggil