Langsung ke konten utama

Postingan

Penting Untuk Dibaca Buat yang Suka Overthinking

Kadang-kadang yang namanya manusia suka overthinking ya. Berlebihan mikir gitu lho. Gimana kalau gini terus gimana kalau gitu. Bisa jadi kalau yang single dan ingin menikah, kepikiran nanti bakalan nikah sama siapa. Terus bisa nggak ya pasangannya menerima kelebihan dan kekurangannya. Nanti kalau nggak bisa bakal gimana ya rumah tangganya? Kalau yang anak sekolahan atau kuliahan bisa jadi overthinkingnya tentang gimana kalo sekolahnya atau kuliahnya susah, nanti bakal lulusnya gimana, kerja dimana, terus bisa memenuhi keinginan orang tuanya atau nggak, dan sebagainya. Sebagai orang tua pun kadang overthinking. Misalnya aku sebagai seorang ibu kadang-kadang kepikiran gimana ya nanti kalau anakku sudah besar, apakah dia bisa menjaga dirinya sendiri di zaman seperti ini zaman yang penuh fitnah? Aku rasa aku nggak sendirian menjadi orang tua yang overthinking. Banyak ibu-ibu juga bapak-bapak yang berpikir yang sama denganku. Memiliki kekhawatiran tersendiri untuk buah hati mereka. Ya yang
Postingan terbaru

Ada yang Bilang Aku Ngga Punya Value

Kalau kamu sedang berada di luar rumah, misalnya sedang mengantri di sebuah rumah sakit, lalu diajak ngobrol oleh orang yang berada di sebelah rasanya bagaimana? Biasa aja kan ya? Sama akupun begitu. Tapi berbeda dengan pengalamanku yang unik ini, hehe. Hal itu jadi  ngga  biasa karena ada slentingannya. Begini ceritanya. Qadarullah saat itu Utsman sakit dan kami pergi untuk memeriksakan kondisinya kepada salah seorang dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan, Utsman diminta untuk cek darah di laboratorium rumah sakit tersebut oleh beliau sebagai pemeriksaan penunjang. Sambil menunggu panggilan untuk pengambilan darah, ada seorang ibu yang usianya kurang lebih 50-60 tahunan yang duduk di samping saya. Beliau sedang mengantar cucunya untuk periksa ke dokter spesialis anak. Awalnya kami tidak berbincang karena fokus pada kegiatan masing-masing. Saya memangku utsman sambil men- sounding tentang proses ambil darah yang akan ia jalani dan ibu tersebut mene

5 Hal yang Harus Dilakukan Saat Mendapat Sesuatu Yang Tidak Diinginkan

Pernahkah kamu mendapat sesuatu yang tidak diinginkan? Misalnya saja tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi atau mendapat musibah sehingga harus berkorban mental, batin, fisik, hingga finansial? Tak jarang apa yang kita alami dalam hidup memang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ingin anak bertumbuh dan berkembang dengan baik namun ternyata dalam perjalanannya ia mengalami gangguan emosi. Beberapa waktu terakhir kita mendapat kabar saudara kita yang berada di Cianjur mengalami bencana alam yakni gempa. Harta benda luluh lantak. Tak sedikit pula yang kehilangan keluarganya. Pastilah mereka tidak menginginkan kejadian itu menimpa mereka. Mendapat sesuatu yang tidak diinginkan dapat membuat kita menjadi overthinking. Berpikir berlebihan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Menjadi   resah, cemas, dan gelisah. Bahkan hal itu bisa menjadikan diri galau berkepanjangan. Tentu hal ini tidak baik untuk diri kita baik mental maupun fisik. Hidup dalam kegalauan terus menerus, aka

Aku Ingin Menyerah, Tapi...

  Tiba-tiba air mata menetes membasahi pipi. Dada terasa nyeri dan sesak. Sudah berminggu-minggu, aku berada dalam kondisi yang tak menentu. Jantungku berdebar ketakutan tiap kali suara nafas yang semakin berat itu terdengar olehku. Memori buruk menyeruak menjadikanku berpikir berlebihan. Sore itu aku harus pergi meninggalkan zona nyamanku. Dengan persiapan yang seadanya, aku pergi dan berharap semua akan segera baik-baik saja sehingga aku segera kembali. Kukira kepergianku hanya sebentar. Namun, nyatanya Allah Subhanahu wa ta'ala  berkehendak lain. Aku mengeluh dan merasa berat. Aku mengadu pada Dia Yang Maha Kuasa. Mengapa aku harus ada di posisi seperti ini? Aku lelah Ya Allah. Aku merasa berat dan tidak ingin berada di posisi seperti ini. Aku merasa ingin menyerah. Berbagai skema "andai saja" muncul di kepalaku. Berangan-angan andai tidak begini dan begitu pasti aku tidak akan ada di masa sulit ini. Tapi ternyata semua itu percuma. Hai diriku! Percuma kamu berandai-an

Gimana Sih Caranya Menjadi Orang Tua Ideal Anak Jaman Jigeum?

Anakku pegang gadget terus-terusan. Kalau disuruh stop marah-marah dan kalau sudah main game jadi nggak inget waktu. Anakku kemarin minta les berenang. Namun ternyata cuma 2 minggu lalu ia minta berhenti karena ingin les menggambar. Anakku sering sekali tantrum. Ketika apa yang dia mau tidak segera diberikan, ia akan gulung-gulung di lantai dan menangis keras. Aku lelah batin dan fisik menghadapinya. Anakku belum bisa berbicara padahal usianya sudah 3 tahun. Kawan-kawannya sudah lancar berbicara 2 kata hingga satu kalimat. Bahkan bisa bertanya berbagai macam hal yang dilihatnya. Anakku tidak bisa membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Dia memang sudah duduk di bangku SD tapi membersihkan tempat tidurnya saja dia tidak bisa. Anakku kalau diminta hafalan susah banget. Padahal sudah tinggal dikit lagi dia hafal juz 30. Itulah sekelumit kisah orang tua saat ini yang bisa menyebabkan lelah batin dan fisik. Menghadapi tantangan dalam mengasuh putra-putrinya yang memiliki dinamikanya masing-

Mengubah Halang Rintang Menjadi Kekuatan, Bergerak Bersama Untuk Indonesia Bebas Kusta

Malu dan berusaha untuk menyembunyikan sakitnya saat ia ditanya tentang apa yang ia derita. Teman-temannya pergi menjauhinya dan juga menghindarinya. Mereka tak mau bermain dengannya karena ada hal yang ditakuti akan menimpa mereka. Ya, mereka takut tertular 'penyakit kutukan' yang dideritanya. Tak sedikit yang berkata bahwa penderita kusta harus diasingkan. Rafael, remaja berusia 16 tahun ini menceritakan bagaimana awal kisahnya saat ia terdiagnosa kusta. Mulanya ia tidak tahu apa itu kusta. Yang ia tahu saat itu hanya sebatas bahwa kusta adalah penyakit kulit. Namun ternyata pandangan orang terhadapnya sebagai penderita kusta berbeda. Teringat dahulu ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar, stigma bahwa kusta adalah penyakit berbahaya memang benar adanya. Sebuah penyakit kulit yang menyebabkan penderitanya akan kehilangan jari-jari tangan dan kakinya. Mereka yang menderita kusta pun akan diasingkan agar tidak menularkan kepada yang lain.  Lalu bernarkah penyakit kusta adala