Pendapat-pendapat tersebut boleh-boleh saja karena cara pandang setiap orang terhadap sesuatu tentunya beda-beda. Tapi sejatinya ada pakem tersendiri tentang kecerdasan. Cerdas tentang kehidupan dunia penting tapi jangan lewatkan kecerdasan yang sesungguhnya.
Cerdas yang sesungguhnya
Pernah nggak sih terbersit dalam hati kita rasa iri melihat teman yang menurut kita cerdas? Golongan cerdas yang berhasil dalam pendidikannya. Selalu juara pertama dan menempati posisi best of the best dalam setiap kesempatan atau bahkan pada teman di dunia kerja.
Well, iri dalam pencapaian dunia memang sering menghiasi hati kita karena manusia memang kerap tidak bersyukur dan melakukan dosa. Tapi sayangnya apa yang seharusnya kita lakukan bukan iri pada kecerdasan seseorang di kehidupan dunianya karena itu adalah kecerdasan yang semu.
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang orang mukmin yang cerdas. Kemudian Beliau menjawab bahwa orang yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah orang-orang yang cerdas. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Dari hadits tersebut kita tahu bahwa cerdas yang sesungguhnya bukan terkait ilmu dunia melainkan ilmu akhirat. Punya bekal yang cukup untuk perjalanan panjang menuju keabadian. Jadi kalau kita ingin jadi orang cerdas, kita harus sering mengingat kematian dan punya persiapan yang baik dalam menghadapinya.
Lemahnya tubuh putihnya rambut
Apa sih fungsi alarm yang biasa ada di telepon genggam kita? Salah satu fungsinya adalah sebagai pengingat. Membantu kita agar tidak lupa tentang kegiatan yang akan dilakukan. Alarm bisa berperan untuk mengingatkan kita akan schedule harian.
Pernahkah kita berpikir bahwa kita pun punya alarm lain yang Allah Azza wa Jalla buat untuk kita. Alarm untuk mengingatkan sesuatu yang pasti akan terjadi. Pasti akan menimpa siapapun di dunia tanpa terkecuali.
Semakin bertambah usia seseorang tubuhnya akan semakin lemah. Betul nggak sih? Belum pernah ada, orang yang semakin menua semakin bugar dan semakin kuat kondisi tubuhnya. Malahan muncul keriput di sana sini juga muncul uban. Ini merupakan bentuk peringatan dari Allah Azza wa Jalla untuk kita semua bahwa kita sedang berjalan menuju kematian.
Allah Azza wa Jalla adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Kita sebagai makhluknya sudah diberi peringatan bahwa kita sedang berjalan menuju sebuah pintu kehidupan abadi. Pintu yang akan menjadi titik awal kehidupan akhirat. Di sana hanyalah mereka yang berbekal yang akan selamat.
Meskipun ajal seseorang tidak ada yang tahu, bisa menimpanya kapan saja tanpa harus menjadi tua dan diingatkan terlebih dahulu. Bisa saja terjadi kapan pun tanpa melalui fase lemahnya tubuh dan putihnya rambut. Maka marilah kita bersiap.
Mati itu pasti, tapi…
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan kita petunjuk bagaimana cerdas yang sesungguhnya. Beliau telah membocorkan pakem kecerdasan yang tepat untuk seorang mukmin. Maka janganlah kita melewatkan kesempatan emas ini.
Sering mengingat kematian membuat kita sadar bahwa kehidupan dunia sementara sedangkan kehidupan akhirat selamanya. Jadi kita harus bersiap dan punya bekal yang cukup untuk menghadapinya sehingga kita selamat setelah mati dan berhasil menggapai kenikmatan surga yang mana derajat terendahnya besarnya sepuluh kali kenikmatan dunia.
Yap, ibarat kalau beberapa waktu ke depan kita mau ikut olimpiade dan kita ingin menyabet medali emas, pasti kita akan berusaha sekeras mungkin untuk bersiap memberikan yang terbaik untuk olimpiade tersebut. Latihan setiap hari, mengukur kemampuan lawan, menjaga kesehatan, dan persiapan lainnya.
Nah, sama juga ketika kita mempersiapkan bekal untuk kematian dan fase setelahnya. Namun sayangnya hanya Allah Azza wa Jalla yang tahu kapan kematian menjemput. Walaupun fakta itu ada di depan mata kita, namun masih banyak dari kita yang tidak mengindahkannya. Tertipu dengan kehidupan dunia dan lupa kehidupan abadi di akhirat.
Maka dari itu, kita tidak boleh lengah karena kita tahu mereka yang cerdas adalah yang mengingat kematian dan memiliki bekal yang baik setelahnya. Hendaknya kita selalu mempersiapkan peristiwa penting yang akan menghampiri kita itu.
Hari demi hari teruslah bersiap dan jangan sampai lalai dan lengah. Ya karena mati itu pasti tapi bekal dalam menghadapinya adalah tergantung dari kita. Cukup atau kurang bekal yang kita bawa untuk perjalanan setelah kematian.
Terus beramal saleh waktu demi waktu dengan selalu mengharap pertolongan dari Allah Azza wa Jalla adalah kunci. Agar ketika suatu saat iman kita lemah, kita masih bisa bangkit untuk terus berjuang.
Referensi:
E-book Muhasabah Jiwa karya Dr. Firanda Andirja
Komentar
Posting Komentar