Usia 2 tahun adalah usia spesial untuk anak, menurut saya. Mengapa? Karena banyak hal besar yang memungkinkan untuk dilalui sang anak di usia ini. Termasuk salah satunya adalah proses sapih. Sebuah proses yang pastinya tidak mudah baik untuk sang anak maupun ibunya. Tidak sedikit yang dibumbui drama yang tentunya membuat ibu dan anak harus lebih extra dalam menjalani prosesnya.
Menyapih yakni menyarak atau menghentikan anak untuk menyusu pada ibunya adalah sebuah proses yang dialami oleh anak pada umumnya. Menyapih dapat membantu anak untuk berlatih mandiri serta menjadikannya mendapatkan sumber energi lain yang lebih banyak karena ASI hanya menyuplai kebutuhannya sebesar 30% saat usianya di atas 1 tahun. Menyapih bagi ibu dapat memberikan manfaat seperti mengurangi produksi ASI serta resiko pembengkakan payudara pada ibu hingga infeksi payudara.
Lalu bagaimana cara menyapih anak?
Sama dengan ibu-ibu lain, proses menyapih adalah salah satu hal terbesar dan emosional yang pernah terjadi dalam kehidupan saya. Apalagi Utsman anak full ASI. Ia harus DBF untuk bisa tidur karena menyusu pada saya adalah ritual pengantar tidurnya. Rasa campur aduk seperti bingung, takut, bahkan senang, muncul dalam diri saya. Saya bingung bagaimana harus memulainya, saya takut bagaimana kalau sudah disapih anak saya jadi jauh dengan saya, dan saya senang anak saya sudah bertumbuh dan akan menapaki sebuah hal besar dalam hidupnya.
Apa yang saya inginkan adalah Utsman lulus sapih tanpa saya harus berbohong dan menakut-nakutinya. Tanpa ia harus memberikan drama-drama yang menguras emosi dan tenaganya. Saya hanya ingin membersamainya dengan baik dalam satu peristiwa penting dalam hidupnya sehingga ia tahu bahwa ibunya ada dan sayang kepadanya. Sebagaimana salah satu faedah dari kuliah parenting oleh Ustadz Abu Salma Hafidzahullahu yang saya dapat, bahwasanya anak seusia Utsman akan dapat merasakan kasih sayang Rabbnya, pertama ya melalui perantara orang tuanya yakni kasih sayang orang tuanya.
Alhamdulillah atas pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala, saya dan utsman berhasil melaluinya. Saya akan sharing sedikit terkait pengalaman saya dan Utsman dalam proses penyapihan ini.
Penting bagi Sang Ibu : Bersiap
Ketika itu, enam bulan sebelum usianya dua tahun, jujur saya bingung harus bagaimana dalam proses penyapihan Utsman. Namun, ada satu kaidah yang sering saya dengar yakni berilmu sebelum beramal. Jadi apa yang saya lakukan pertama adalah mempersiapkan diri dengan belajar. Yap belajar. "Sapih aja kok pake belajar"... Eits jangan salah bu. Ketika kita tidak memiliki ilmu dari sebuah hal besar yang akan kita lalui, pastinya kita akan berjalan tanpa arah. Bahkan bisa mengambil keputusan yang tidak tepat yang berdampak tidak baik di masa depan.
Saya belajar dan mempersiapkan diri. Setelah mencari informasi dengan membaca juga bertanya kepada ibu-ibu yang sudah pernah menyapih anaknya, alhamdulillah Allah beri petunjuk bagaimana cara menyapih Utsman, yakni menyapih dengan iman dan ilmu.
Allah Subhanahu wa ta'ala dalam salah satu ayat-Nya memerintahkan para ibu untuk menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (dapat dilihat pada surat Al-Baqarah 233).
IDAI dan WHO juga menganjurkan hal yang senada untuk menyapih anak di usia dua tahun. Ayat tersebut dan juga rekomendasi dari ahli menjadi landasan saya menentukan kapan deadline proses sapih untuk Utsman.
Di sisi lain, saya juga menyiapkan fisik dan mental saya, mempersiapkan diri untuk membersamai Utsman dalam hal besar dan tidak mudah yang akan ia lalui.
Sounding anak
Anak dipersiapkan dan diberi penjelasan sedini mungkin, saya mulai sounding Utsman kurang lebih saat usianya 21 bulan. Saya lakukan saat sebelum tidur. Istilahnya pillow talk bersama Utsman.
Sambil saya usap kepalanya, saya jelaskan kalau adek sudah besar sehingga ASI dari umma sudah tidak cukup tidak bisa lagi memenuhi kebutuhannya adek. Jadi adek sudah ngga bisa menyusu ke umma lagi.
Saya jelaskan juga bahwa sebentar lagi usianya menginjak 2 tahun. Allah memerintahkan para ibu untuk menyusui anaknya hingga usianya 2 tahun. Sehingga katakan padanya, "nanti kalau usianya adek sudah 2 tahun, Allah perintahkan umma untuk menyapih adek. Bukan berarti umma nggak sayang sama adek karena adek harus berhenti menyusu sama umma. Umma sayanggg banget sama adek. Umma tetep nemenin adek maen, gendong adek, dan peluk adek."
Kurang lebih itu yang saya katakan. Pada intinya menyusu sampai 2 tahun adalah perintah Allah dan kasih sayang bukan hanya disimbolkan dari menyusu karena masih banyak hal lain yang menunjukkan kasih sayang kita kepadanya.
Selain itu saya jelaskan ke Utsman bahwa kalau mau tidur tidak lagi menyusu tapi diganti dengan puk-puk, dielus-elus, dan semacamnya.
Sebelum saya mulai sounding saat akan tidur, terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih kepadanya untuk semua tingkah baiknya di hari itu, dan saya meminta maaf apabila ummanya masih belum sabar, suka emosi dan marah kepadanya. Kemudian kami bersalaman sambil saya berucap semoga Allah bimbing dan mudahkan adek jadi anak sholeh ya nak dan umma jadi umma yang sholehah lalu kemudian kami membaca doa sebelum tidur.
Mengurangi frekuensi DBF
Sebelum melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan, ada baiknya kita bertanya pada ahlinya ataupun yang profesional di bidangnya. Dalam hal ini saya tanyakan terkait cara menyapih kepada DSA yang menangani Utsman. Beliau menjawab salah satu caranya adalah dengan cara mengurangi frekuensi DBF yakni jangan menyusui saat siang hari.
Dari situlah saya memiliki patokan dan mulai merancang jurnal teknis dalam proses sapihnya yakni utamanya bagaimana cara untuk mengurangi frekuensi DBF. Dari apa yang saya pelajari, dalam mengajari anak haruslah bertahap dan tidak boleh instan sehingga hasil yang didapat maksimal, tentunya atas izin Allah. Akhirnya saya merancang juknis alias jurnal teknis dalam hal mengurangi frekuensi DBF Utsman sesuai dengan kondisi Utsman.
Saat itu, ketika usianya 22 bulan, Utsman masih DBF sebanyak 4 kali ketika ia bangun. Yakni jam 6 bangun tidur, jam 10 saat akam tidur pagi, jam 2 saat akan tidur siang, dan jam 8 saat akan tidur malam dan kurang lebih 2 kali saat tidur malam.
Sehingga saya rancang sedemikian rupa sehingga mendaptkan jadwal yang sesuai dengan kebiasaannya. Awalnya DBF saat jam 10 yang dihilangkan. Utsman diajak berkegiatan yang asyik dan seru sehingga ia lupa untuk DBF karena keasyikan. Hal ini saya lakukan kurang lebih selama 2 minggu.
Selanjutnya DBF jam 2 yang dihilangkan. Untuk teknisnya sama seperti jam 10. Diajak bermain yang asyik yang menarik baginya. Kalau Utsman suka sekali bermain air, sehingga saya cari permainan seru yang melibatkan air. Bagaimana kalau rewel dan minta untuk menyusu? Cara yang saya lakukan adalah menenangkannya. Kemudian memberinya pengertian dan gunakan jurus gendong. Utsman punya satu posisi favorit saat saya gendong, yakni dagunya diletakkan di atas pundak saya sambil tangannya dilingkarkan di leher saya kemudian sambil saya ayun perlahan sehingga ia nyaman dan tertidur. Memang melelahkan tapi yang ada dalam pikiran saya saat itu nggak papa capek tapi anak akan bisa perlahan lulus proses penyapihannya. Kita harus yakin, insya Allah ada pahala di setiap lelah yang kita dapat saat kita menjalankan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala.
Setelah Utsman mulai memahami bahwa untuk tidur tidak lagi dengan DBF, saya mulai ubah dari metode gendong menjadi metode puk-puk. Memang tidak mudah dan membutuhkan proses. Sambil perlahan kita berikan pengertian terus dan diberi contoh bahwa tidur tidak dengan gendong pun bisa.
Selanjutnya DBF jam 6 saat bangun tidur yang dihilangkan dan diganti dengan susu formula. Saya lakukan sama kurang lebih selama 2 minggu. Kemudian lanjut DBF jam 8 malam saat akan tidur yang dihilangkan dan diganti susu formula. Di tahap ini, Utsman sudah lebih paham bahwa ia sedang disapih sehingga saat bangun tidur pagi hari ataupun akan tidur malam, ia tidak lagi minta DBF namun langsung meminta dibuatkan susu formula.
Dengan adanya tappering seperti itu, maka anak akan belajar secara bertahap dan tidak instan, sehingga akan lebih mudah baginya untuk melalui proses yang berat tersebut. Selain itu untuk ibu, produksi ASI akan berkurang secara bertahap pula sehingga mengurangi resiko masalah pada payudara.
Satu hal lagi yang saya peroleh dari DSA Utsman, yakni pastikan anak dalam kondisi kenyang sebelum tidur sehingga mengurangi resiko terbangun di malam hari untuk minta menyusu.
Support system
Proses penyapihan memang sangat tidak mudah untuk dilalui bagi saya dan Utsman. Namun alhamdulillah, Allah Subhanahu wa ta'ala berikan pertolongan kepada kami melalui support system yang baik. Saya meminta bantuan pada suami untuk membantu saya dalam proses penyapihan Utsman seperti membantu mengalihkan perhatiannya dengan kegiatan yang asyik atau membantu untuk puk-puk Utsman di malam hari agar tidak minta menyusu. Selain itu dukungan keluarga juga dapat membantu tercapainya keberhasilan penyapihan.
Doa
Hal yang sungguh krusial yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Memohon pertolongan Allah agar diberi kemudahan dan dibimbing dalam proses penyapihan. Alhamdulillah, saya dan Utsman diberi kemampuan dan kesanggupan melalui proses yang lama dan tidak mudah ini.
***
Secara ringkas apa yang saya lakukan adalah mempersiapkan diri dengan belajar, sounding Utsman, mengurangi frekuensi DBF, mencari support system, dan hal penting yang membersamai ikhtiar adalah doa memohon pertolongan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimmus shalihat
Alhamdulillah saya dan Utsman berhasil melalui proses ini. Semoga sharing yang sedikit ini bisa bermanfaat dan semoga ibu-ibu beserta putra putrinya yang sedang berjuang dalam proses penyapihan, Allah Subhanahu wa ta'ala berikan kemudahan aamiin.
Lelah pasti melanda
Tapi tak usah risau gundah gulana
Selama ridha Allah tujuannya
Insya Allah surga ganjarannya
Komentar
Posting Komentar