Langsung ke konten utama

Salah Satu Hal yang Harus Dimiliki Agar Hidup Lebih Terarah


Apakah kamu pernah merasa hidupmu gini-gini aja? Seperti tidak ada perkembangan ke arah yang lebih baik atau bahkan merasa mundur beberapa langkah ke belakang?


Kita mungkin pernah berada di fase yang tidak sedang baik-baik saja. Wajar. Namanya kehidupan. Ada fase bahagia dan sedih. Kadang di atas juga kadang di bawah. Yah, that's life.


Tapi, apakah lantas kita tidak berpikir untuk menjadikan hidup kita lebih baik dan lebih terarah? Ikuti aliran saja tanpa memiliki visi misi dalam hidup?


Tujuan hidup


Sebagai seorang muslim tentu kita tahu dan paham tujuan hidup kita sebenarnya. Atau jangan-jangan selama ini kita tidak tahu dan tidak punya tujuan hidup?


Kampung halaman seorang muslim adalah surga. Jadi sesungguhnya ketika kita di dunia ini, posisi kita adalah sebagai musafir. Jadi tujuan akhir kita adalah kembali ke kampung halaman.


Namun kembali ke kampung halaman kita di surga tidaklah mudah. Mengapa? Karena kita harus melewati ujian di dunia ini dan poin pentingnya apakah kita sadar atau tidak bahwa dunia sementara dan akhirat yakni surga adalah keabadian tujuan kita?


Ketika kita tahu dan kita punya tujuan utama kita, maka kita punya satu panduan dalam menjalani kehidupan. Ketika bergerak menjauh dari jalan utama, kita bisa kembali perlahan ke jalan utama dengan adanya panduan tersebut.


Bingung mulai dari mana?


Hidup di dunia memang banyak sekali pernak-perniknya. Hingga kita terkadang bingung harus melakukan apa terlebih dahulu. Bingung harus mulai darimana karena banyak sekali printilan yang harus kita lakukan.


Setiap orang memiliki value masing-masing dalam kehidupannya. Si A akan berbeda dengan si B. Namun ada satu kesamaan yang menyatukan kita sebagai seorang muslim. Apakah itu? Status. Ya, status sebagai hamba Allah. 


Seorang muslim adalah hamba Allah dan prioritas utama dalam kehidupan adalah profesi utama sebagai hamba Allah. Bukan berarti isi hidup kita hanya mengurus kepentingan akhirat sehingga lupa dunia. Tidak seperti itu. Namun saat kita sibuk dengan urusan dunia, tetap utamakan alias prioritaskan tugas utama kita sebagai hamba dari Rabb semesta alam, Allah Subhanahu wa ta'ala.


Kurikulum kehidupan


Jadi harus gimana agar bisa sejalan seimbang tanpa bingung apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu? Karena kita pasti punya seabrek kegiatan yang kadang kita bingung mana yang harus dikerjakan duluan dan mana yang bisa ditunda.


Eksekusikan peta kehidupan kita dalam bentuk kurikulum kehidupan agar hidup lebih terarah sehingga kita bisa mengerti mana prioritas. Alhasil kita tidak capek mengejar sesuatu yang nyatanya bukan prioritas sehingga menghabiskan waktu untuk sesuatu yang mungkin kurang berguna.


Apa sih kurikulum kehidupan itu?


Kayaknya sekolah aja ya yang punya kurikulum hehehe. Tapi ternyata kurikulum ini bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Alhamdulillah beberapa waktu lalu, berkesempatan ikut kulwhapp singkat dari Ummu Humm, Mba Veronica Isabella, berkaitan dengan hal ini. Bagaimana kita bisa menentukan apa yang perlu kita lakukan? Jawabannya adalah dengan membuat skala prioritas dalam bentuk kurikulum kehidupan.


Pertama yang harus kita ketahui adalah apa tujuan kita? Sebagaimana yang sudah kita pahami di atas bahwa tujuan utama seorang muslim diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya. Maka, prioritas utama kita adalah melakukan kewajiban kita sebagai hamba Allah.


Coba ambil secarik kertas kemudian tuliskan apa saja peran yang kita jalani. Utamanya adalah sebagai hamba, kemudian misalnya sebagai seorang istri dan ibu. Lalu breakdown apa saja tanggung jawab dalam peran tersebut. Setelah itu buatlah target baik dalam jangka pendek maupun panjang seperti target harian, mingguan, dan bulanan hingga target seumur hidup. Berikut ini, kurang lebih contohnya. Kita bisa sesuaikan dengan kondisi kita.




Selain itu, bisa juga kita tentukan skala prioritasnya dengan menggunakan 4 kuadran skala prioritas seperti gambar berikut.



Insya Allah dengan memiliki tools seperti di atas, kita dapat mengetahui apa sebenarnya tujuan kita dan harus dari mana kita memulainya sehingga hidup kita lebih terarah.


Tools ini juga dapat digunakan untuk hal lain seperti pendidikan anak maupun kehidupan rumah tangga. Kita tahu anak adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karena itu, dengan adanya tools ini kita sebagai orang tua lebih mampu untuk mengeksekusi visi misi untuk anak kita.


Semoga tulisan yang sedikit ini bisa bermanfaat untuk temam-teman yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca postingan ini.


Jazakillahu khayr Ummu Humm Mba @veronicaisabella yang mau untuk membagi ilmunya, yang memberikan banyak inspirasi. Semoga hal ini bisa menjadi amal jariyah untuk mba Bella. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penting Untuk Dibaca Buat yang Suka Overthinking

Kadang-kadang yang namanya manusia suka overthinking ya. Berlebihan mikir gitu lho. Gimana kalau gini terus gimana kalau gitu. Bisa jadi kalau yang single dan ingin menikah, kepikiran nanti bakalan nikah sama siapa. Terus bisa nggak ya pasangannya menerima kelebihan dan kekurangannya. Nanti kalau nggak bisa bakal gimana ya rumah tangganya? Kalau yang anak sekolahan atau kuliahan bisa jadi overthinkingnya tentang gimana kalo sekolahnya atau kuliahnya susah, nanti bakal lulusnya gimana, kerja dimana, terus bisa memenuhi keinginan orang tuanya atau nggak, dan sebagainya. Sebagai orang tua pun kadang overthinking. Misalnya aku sebagai seorang ibu kadang-kadang kepikiran gimana ya nanti kalau anakku sudah besar, apakah dia bisa menjaga dirinya sendiri di zaman seperti ini zaman yang penuh fitnah? Aku rasa aku nggak sendirian menjadi orang tua yang overthinking. Banyak ibu-ibu juga bapak-bapak yang berpikir yang sama denganku. Memiliki kekhawatiran tersendiri untuk buah hati mereka. Ya yang ...

Aku Ingin Menyerah, Tapi...

  Tiba-tiba air mata menetes membasahi pipi. Dada terasa nyeri dan sesak. Sudah berminggu-minggu, aku berada dalam kondisi yang tak menentu. Jantungku berdebar ketakutan tiap kali suara nafas yang semakin berat itu terdengar olehku. Memori buruk menyeruak menjadikanku berpikir berlebihan. Sore itu aku harus pergi meninggalkan zona nyamanku. Dengan persiapan yang seadanya, aku pergi dan berharap semua akan segera baik-baik saja sehingga aku segera kembali. Kukira kepergianku hanya sebentar. Namun, nyatanya Allah Subhanahu wa ta'ala  berkehendak lain. Aku mengeluh dan merasa berat. Aku mengadu pada Dia Yang Maha Kuasa. Mengapa aku harus ada di posisi seperti ini? Aku lelah Ya Allah. Aku merasa berat dan tidak ingin berada di posisi seperti ini. Aku merasa ingin menyerah. Berbagai skema "andai saja" muncul di kepalaku. Berangan-angan andai tidak begini dan begitu pasti aku tidak akan ada di masa sulit ini. Tapi ternyata semua itu percuma. Hai diriku! Percuma kamu berandai-an...

Ada yang Bilang Aku Ngga Punya Value

Kalau kamu sedang berada di luar rumah, misalnya sedang mengantri di sebuah rumah sakit, lalu diajak ngobrol oleh orang yang berada di sebelah rasanya bagaimana? Biasa aja kan ya? Sama akupun begitu. Tapi berbeda dengan pengalamanku yang unik ini, hehe. Hal itu jadi  ngga  biasa karena ada slentingannya. Begini ceritanya. Qadarullah saat itu Utsman sakit dan kami pergi untuk memeriksakan kondisinya kepada salah seorang dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan, Utsman diminta untuk cek darah di laboratorium rumah sakit tersebut oleh beliau sebagai pemeriksaan penunjang. Sambil menunggu panggilan untuk pengambilan darah, ada seorang ibu yang usianya kurang lebih 50-60 tahunan yang duduk di samping saya. Beliau sedang mengantar cucunya untuk periksa ke dokter spesialis anak. Awalnya kami tidak berbincang karena fokus pada kegiatan masing-masing. Saya memangku utsman sambil men- sounding tentang proses ambil darah yang akan ia jalani dan ibu ters...